Selasa, 15 Mei 2012

Marsinah, Sang Pejuang Keadilan bagi Kaum Buruh

Marsinah lahir tanggal 10 April 1969. Anak nomor dua dari tiga bersaudara ini merupakan buah kasih antara Sumini dan Mastin. Sejak usia tiga tahun, Marsinah telah ditinggal mati oleh ibunya. Bayi Marsinah kemudian diasuh oleh neneknya—Pu’irah—yang tinggal bersama bibinya—Sini—di desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur.
Pendidikan dasar ditempuhnya di SD Karangasem 189, Kecamatan Gondang. Sedang pendidikan menengahnya di SMPN 5 Nganjuk. Sedari kecil, gadis berkulit sawo matang itu berusaha mandiri. Menyadari nenek dan bibinya kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari, ia berusaha memanfaatkan waktu luang untuk mencari penghasilan dengan berjualan makanan kecil.
Di lingkungan keluarganya, ia dikenal anak rajin. Jika tidak ada kegiatan sekolah, ia biasa membantu bibinya memasak di dapur. Sepulang dari sekolah, ia biasa mengantar makanan untuk pamannya di sawah. “Dia sering mengirim bontotan ke sawah untuk saya. Kalau panas atau hujan, biasanya anak itu memakai payung dari pelepah pisang,” kenang Suradji, pamannya Marsinah sambil menerawang. Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih suka bermain-main, ia mengisi waktu dengan kegiatan belajar dan membaca. Kalaupun keluar, paling-paling dia hanya pergi untuk menyaksikan siaran berita televisi.
Ketika menjalani masa sekolah menengah atas, Marsinah mulai mandiri dengan mondok di kota Nganjuk. Selama menjadi murid SMA Muhammadiyah, ia dikenal sebagai siswa yang cerdas. Semangat belajarnya tinggi dan ia selalu mengukir prestasi dengan peringkat juara kelas. Jalan hidupnya menjadi lain, ketika ia terpaksa harus menerima kenyataan bahwa ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. “Dia ingin sekolah di IKIP. Tapi, uang siapa untuk membiayai di perguruan tinggi itu,” ujar kakek Marsinah.
Pergi meninggalkan desa adalah sebuah langkah hidup yang sulit terelakan. Kesempatan kerja di pedesaan semakin sempit. Ujungnya adalah tidak ada pilihan lagi selain pergi ke kota. Maka ia berusaha mengirimkan sejumnlah lamaran ke berbagai perusahaan di Surabaya, Mojokerto, dan gresik. Akhirnya ia diterima di pabrik sepatu BATA di Surabaya tahun 1989. setahun kemudian ia pindah ke pabrik arloji Empat Putra Surya di Rungkut Industri, sebelum akhirnya ia pindah mengikuti perusahaan tersebut yang membuka cabang di Siring, Porong, Sidoarjo. Marsinah adalah generasi pertama dari keluarganya yang menjadi buruh pabrik.
Kegagalan meneruskan ke perguruan tinggi bukannya membuat semangat belajarnya padam. “Mbak Marsinah berkeyakinan bahwa pengetahuan itu mampu mengubah nasib seseorang,” ujar salah seorang temannya. Karena itu, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, Marsinah mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris di Dian Institut, Sidoarjo. Kursus komputer dengan paket Lotus dan Word Processor sempat dirampungkan beberapa waktu sebelum ia meninggal. Semangat belajar yang tinggi juga tampak dari kebiasaannya menghimpun rupa-rupa informasi. Ia suka mendengarkan warta berita, baik lewat radio maupun televisi. Minat bacanya juga tinggi. Saking senangnya membaca, ia terpaksa memakai kacamata. Pada waktu-waktu luang, ia seringkali membuat kliping koran. Malahan untuk kegiatan yang satu ini ia bersedia menyisihkan sebagian penghasilannya untukmembeli koran dan majalah bekas, meskipun sebenarnya penghasilannya pas-pasan untuk menutup biaya hidup.
Ia dikenal sebagai seorang pendiam, lugu, ramah, supel, tingan tangan dan setia kawan. Ia sering dimintai nasihat mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawannya. Kalau ada kawan yang sakit, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk. Selain itu ia seringkali membantu kawan-kawannya yang diperlakukan tidak adil oleh atasan. Ia juga dikenal sebagai seorang pemberani.
Paling tidak dua sifat yang terakhir disebut—pemberani dan setia kawan—inilah yang membekalinya menjadi pelopor perjuangan. Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra Surya)—pabrik tempat kerja Marsinah—resah karena ada kabar kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa Timur. Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk menaikkan upah buruh sebesar 20% dari upah pokok. Pada minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan kenaikan upah sesuai dengan himbauan dalam Surat Edaran Gubernur.
Keresahan tersebut akhirnya berbuah perjuangan. Pada tanggal 3 Mei 1993 seluruh buruh PT. CPS tidak masuk kerja, kecuali staf dan para Kepala Bagian. Sebagian buruh bergerombol dan mengajak teman-teman mereka untuk tidak masuk kerja. Hari itu juga, Marsinah pergi ke kantor Depnaker Surabaya untukmencari data tentang daftar upah pokok minimum regional. Data inilah yang ingin Marsinah perlihatkan kepada pihak pengusaha sebagai penguat tuntutan pekerja yang hendak mogok.
Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa dengan mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari ketiga shift serentak masuk pagi dan mereka bersama-sama memaksa untuk diperbolehkan masuk ke dalam pabrik. Satpam yang menjaga pabrik menghalang-halangi para buruh shift II dan shift III. Tidak ketinggalan, para satpam juga mengibas-ibaskan tongkat pemukul serta merobek poster dan spanduk para pengunjuk rasa sambil meneriakan tuduhan PKI kepada para pengunjuk rasa.
Bangkitnya Keberanian
Suasana kota yang penuh dengan persaingan telah membuat setiap orang yang tinggal didalamnya untuk menjadi keras. Apalagi kehidupan buruh-buruh di pabrik yang setiap hari dikejar-kejar target produksi yang telah ditetapkan sepihak oleh pengusaha. Maka menjadi tidak mengherankan bahwa Marsinah, gadis desa yang lugu, lalu tidak canggung berdiri di barisan terdepan pengunjuk rasa. Sebuah keberanian telah menggusur kepasrahan pada nasib!
Semakin merebak jumlah aksi pemogokan di berbagai kota industri menjadi bukti ketidakpuasan. Pabrik, gedung Dewan Perwakilan Rakyat, instansi-instansi pemerintah yang berurusan dengan masalah perburuhan, dan jalanan-jalanan kota menjadi panggung yang mementaskan keresahan kaum buruh yang tak kunjung terhenti. Menurut berita, di Jawa Timur tercatat 155 pemogokan yang semuanya dihadapi tentara.
Aparat dari koramil dan kepolisian sudah berjaga-jaga di perusahaan sebelum aksi berlangsung. “Ya sudah, kalau teman-teman tidak diperbolehkan masuk, keamanan saya serahkan kepada bapak, kami sekarang hendak berunding dengan pengusaha!”, ucapnya pada salah seorang aparat keamanan.
Perundingan berjalan dengan hangat. Dalam perundingan tersebut, sebagaimana dituturkan kawan-kawannya. Marsinah tampak bersemangat menyuarakan tuntutan. Dialah satu-satunya perwakilan dari buruh yang tidak mau mengurangi tuntutan. Khususnya tentang tunjangan tetap yang belum dibayarkan pengusaha dan upah minimum sebesar Rp. 2.250,- per hari sesuai dengan kepmen 50/1992 tentang Upah Minimum Regional. Setelah perundingan yang melelahkan tercapailah kesepakatan bersama.
Berakhirkah pertentangan antara buruh dengan pengusaha? Ternyata tidak! Tanggal 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil kodim Sidoarjo. Pemanggilan itu diterangkan dalam surat dari kelurahan Siring. Tanpa babibu, tentara mendesak agar ke-13 buruh itu menandatangani surat PHK. Para buruh terpaksa menerima PHK karena tekanan fisik dan psikologis yang bertubi-tubi. Dua hari kemudian menyusul 8 buruh di-PHK di tempat yang sama. Sungguh! Hukum menjadi kehilangan gigi ketika senapan tentara ikut bermain.
Marsinah sadar betul bahwa peristiwa yang menimpa kawan-kawannya adalah suatu keniscayaan di negeri milik pengusaha ini. Dari kliping-kliping surat kabar yang diguntingnya, dari keluhan-keluhan kawan-kawannya se pabrik, dari kemarahan-kemarahan yang teriakkan, dan dari apa yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, semuanya memberinya pengetahuan tentang ketidakberesan yang melanda segala lapisan dalam masyarakat kita.
Kemarahannya meledak saat mengetahui perlakuan tentara kepada kawan-kawannya. “Saya tidak terima! Saya mau (melapor) ke paklik saya yang jadi jaksa di Surabaya!” teriak Marsinah gusar. Dengan gundah ia raih surat panggilan kodim milik salah seorang kawannya, lantas pergi.
Kemana perginya Marsinah? Tidak ada yang tahu. Yang pasti, Marsinah tidak lagi terlihat di pabrik tempat ia bekerja.
Awal Kebangkitan
Marsinah telah mati. Mayatnya ditemukan di gubuk petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Ia yang tidak lagi bernyawa ditemukan tergeletak dalam posisi melintang. Sekujur tubuhnya penuh luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangannya lecet-lecet, mungkin karena diseret dalam keadaan terikat. Tulang panggulnya hancur karena pukulan benda keras berkali-kali. Di sela-sela pahanya ada bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul. Pada bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah. Mayatnya ditemukan dalam keadaan lemas, mengenaskan.
Marsinah adalah sosok perjuangan yang telah dihancurkan oleh sebuah ketakutan dan kecurigaan. Tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa jiwanya tidak bisa dipenjara. Jiwanya akan membumbung tinggi untuk berubah menjadi lidah-lidah api yang akan menghanguskan segala bentuk ketidakadilan.
Anak-anak desa yang menemukan Marsinah, dan kita, menjadi saksi. Sekarang atau esok, anak-anak itu dan kita akan terus bersaksi dan bercerita tentang ketidakadilan, tentang gugurnya seorang buruh pejuang, tentang buruh perempuan yang tidak ragu untuk kehilangan nyawanya demi keyakinannya tentang kebenaran.

Sumber:  cup-sosialrakyat.blogspot.com

Senin, 14 Mei 2012

10 Tips Berkendara Sepeda Motor ke Luar Kota:


1.      Menyiapkan safety standar kepolisian.
2.      Siapkan air minum dan uang untuk bensin.
3.      Menggunakan jaket dalam perjalanan ke luar kota.
4.     .Menyimpan jas hujan di bagasi motor.
5.      Antisipasi roda sepeda motor bocor (siapkan uang untuk berjaga-jaga).
6.      Jangan lupa pamit dan menghubungi orang yang akan dituju.
7.      Periksa kendaraan sebelum berangkat.
8.      Jangan terburu-buru dalam perjalanan.
9.      Istirahatlah di tengah perjalanan ketika badan dirasa letih.
10.  Waspada di jalan raya. 

Minggu, 06 Mei 2012

Krisis tak membuat Produktivitas Karya Statis

Dear para pembaca, bagaimanakah kabar pembaca hari ini? Krisis ataukah makmur dan sejahtera? Penulis sengaja memilih topik diatas, sebab penulis sekarang dalam kondisi ekonomi yang tidak bagus. Mungkin saja kondisi ini resiko dari dinamika kehidupan mahasiswa. Disebut ekonomi tidak bagus karena uang jajan penulis sekarang berkurang banyak, disebabkan oleh beberapa teman yang belum melunasi hutang kepada saya, banyaknya agenda futsal yang harus penulis hadiri, dsb.

Pembaca sekalian mungkin pernah (atau bahkan sering) mengalami kondisi yang penulis alami sekarang. Mau tidak mau kita seyogyanya dapat menerima dan berpikir positif terhadapa keadaan yang kita alami sekarang.

Positifnya penulis dapat menghemat uang (sebab jika tidak hemat, pasti akan hutang dimana-mana), selektif untuk memilih barang yang akan dibeli, dan lebih mandiri dalam menghadapi urusan-urusan pribadi.

Dalam kondisi krisis ekonomi yang melanda penulis sekarang, penulis berpikir bahwa karya dan kreativitas yang penulis miliki harus tidak boleh statis. Maka dari itu muncul lah tulisan ini sebagai hasil dari buah karya penulis. Meski penulis rasa, tulisan ini tak ubahnya seperti curhat kepada pembaca, namun paling tidak penulis sekarang tidak menganggur dan dapat tetap berkarya. Penulis mengibaratkan lampu jangan sampai padam. Lampu disini mewakili motivasi penulis untuk terus berkarya.

Bagaimana tanggapan pembaca terhadap tulisan pribadi penulis? Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca ditengah hiruk-pikuk keadaan hidup yang tidak dapat ditebak. Sekian.

Selasa, 01 Mei 2012

Yang Harus Diperhatikan Saat Mencuci Pakaian

Pakaian adalah benda yang setiap saat menempel dan berfungsi untuk menutupi aurat tubuh kita. Bukan hanya sebagai penutup tubuh, bagi sebagian kalangan, pakaian juga berfungsi untuk mendongkrak penampilan, bahkan bisa menunjukkan ‘kelas’ dan status seseorang. Oleh karena itu, pakaian juga memerlukan perhatian khusus agar tetap terlihat apik dan menarik saat dikenakan. Perawatan yang dimaksud disini termasuk juga proses pencucian pakaian.

Agar pakaian tetap awet, apik, dan senantiasa menarik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat proses pencucian berlangsung. Selalu menyesuaikan cara pencucian pakaian dengan sifat bahan. Hal ini perlu dilakukan, karena tidak semua jenis pakaian bisa dicuci dengan cara yang sama. Umumnya bahan pakaian dari serat alami tak bisa dicuci secara sembarang. Bahkan, jenis tertentu seperti wol atau sutra hanya bisa dicuci dengan teknik dry clean.

Saat mencuci pakaian, pisahkanlah pakaian dan pakaian yang berwarna sebagai tindakan antisipasi jika ternyata salah satu dari pakaian berwarna milik anda luntur. Hal ini juga berlaku pada saat anda merendam pakaian.

Jika saat makan, baju kesayangan anda terciprat kuah soto berbahan dasar kunyit atau terkena air teh saat minum, segera bersihkan pakaian dari noda tersebut, karena biasanya noda yang masih baru cenderung mudah dibersihkan. Setelah noda hilang dari pakaian, barulah dicuci seperti biasanya.

Sebelum menggunakan bleaching, atau pembersih noda, terlebih dahulu lakukan tes kelunturan dengan membubuhkan cairan bleaching, pada bagian yang tersembunyi. Tunggu beberapa saat. Jika terjadi perubahan warna, jangan gunakan produk tersebut.

Agar baju semakin nyaman digunakan, ada baiknya jika pada saat proses pembilasan pakaian yang terakhir, anda menambahkan pelembut dan pengharum pakaian. Agar warna pakaian tetap cerah dan tak kusam, anda jangan lupa untuk membalik pakaian saat dijemur. (AYA)
Sumber: Koran KOMPAS, edisi 01 Mei 2012

Senin, 30 April 2012

Cerita Inspiratif

Seorang Professor berdiri di depan kelas Filsafat.

Saat kelas dimulai, dia mengambil toples kosong dan mengisi dgn bola2 golf.
Kemudian berkata kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh...... ?
Mereka setuju !!!!

Kemudian dia menuangkan batu koral ke dlm toples, mengguncang dgn ringan.
Batu2 koral mengisi tempat yg kosong di antara bola2 golf.
Kemudian dia bertanya kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh ??
Mereka setuju !!!

Selanjutnya dia menabur pasir ke dlm toples ...
Tentu saja pasir menutupi semuanya.
Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sdh penuh..??.
Para murid berkata, "Yes"...!!

Kemudian dia menuangkan dua cangkir kopi ke dlm toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir.
Para murid tertawa....

"Sekarang.. saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. "

"Bola2 golf adalah hal yg penting; Tuhan, keluarga, anak2, kesehatan.
"Jika yg lain hilang dan hanya tinggal mrk, maka hidupmu msh ttp penuh."

"Batu2 koral adalah hal2 lain, spt pekerjaanmu, rumah dan mobil."

"Pasir adalah hal2 yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dlm toples, maka tdk akan tersisa ruangan utk batu2 koral ataupun utk bola2 golf..

Hal yg sama akan terjadi dlm hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi utk hal2 yg sepele, kalian tdk akan mempunyai ruang utk hal2 yg penting buat kalian."
"Jadi Beri perhatian utk hal2 yg penting utk kebahagiaanmu.
"Bermainlah dgn anak2mu."
"Luangkan waktu utk check-up kesehatan."
"Ajak pasanganmu utk keluar makan malam"
"Berikan perhatian terlebih dahulu kpd bola2 golf.

Hal2 yg benar2 penting. Atur prioritasmu.
Baru yg terakhir, urus pasirnya.

"Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa?
Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya."
"Itu utk menunjukkan kpd kalian, sekalipun hidupmu tampak sdh sgt penuh, tetap selalu tersedia tempat utk secangkir kopi bersama sahabat".


Sumber: http://bungacerita.blogspot.com/

Selasa, 24 April 2012

Motivasi Pagi Hari: Mari Membangun Bangsa

Indonesia, negara dengan sumber daya alam yang melimpah dan memiliki sumber daya manusia yang banyak dari segi kuantitatif, saampai saat ini masih digolongkan sebagai negara berkembang. Hal tersebut tidak terlepas dari campur tangan dan cara kerja sumber daya manusianya. Indonesia digolongkan sebagai negara berkembang, karena sampai saat ini dari segi produktivitas kerja masih kalah dibandingkan negara maju, macam Amerika Serikat, China, Inggris, Jepang, dll.

Indonesia dapat menjadi negara maju, asal didukung oleh sumber daya manusia yang produktif dan memiliki niat untuk membangun bangsa. Membangun bangsa sendiri dapat dilakukan oleh semua individu, tergantung dari bidang apa yang ditekuni. Saya sebagai seorang mahasiswa dapat membangun bangsa dengan cara kuliah dengan rajin demi mendapat nilai yang maksimal, agar kelak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membangun bangsa. Tetangga saya yang sehari-hari bekerja sebagai petani, dapat membangun bangsa dengan cara bertani dengan baik dan memasarkan hasil pertanian ke badan milik pemerintah. Guru sebagai teladan juga dapat membangun bangsa dengan cara mengajar dengan bijak dan mengajarkan nilai moral kepada peserta didik. Dan masih banyak hal lain yang bisa disebutkan...

Apakah pembaca tertarik untuk membangun bangsa Indonesia? Mulailah dari sekarang dan dari diri anda sendiri. Anda dapat membangun bangsa sesuai dengan bidang yang anda tekuni sekarang. Semoga tulisan ini dapat memberikan suntikan motivasi kepada saya khususnya, dan kepada pembaca pada umumnya. Sekian..