Selasa, 15 Mei 2012

Marsinah, Sang Pejuang Keadilan bagi Kaum Buruh

Marsinah lahir tanggal 10 April 1969. Anak nomor dua dari tiga bersaudara ini merupakan buah kasih antara Sumini dan Mastin. Sejak usia tiga tahun, Marsinah telah ditinggal mati oleh ibunya. Bayi Marsinah kemudian diasuh oleh neneknya—Pu’irah—yang tinggal bersama bibinya—Sini—di desa Nglundo, Nganjuk, Jawa Timur.
Pendidikan dasar ditempuhnya di SD Karangasem 189, Kecamatan Gondang. Sedang pendidikan menengahnya di SMPN 5 Nganjuk. Sedari kecil, gadis berkulit sawo matang itu berusaha mandiri. Menyadari nenek dan bibinya kesulitan mencari kebutuhan sehari-hari, ia berusaha memanfaatkan waktu luang untuk mencari penghasilan dengan berjualan makanan kecil.
Di lingkungan keluarganya, ia dikenal anak rajin. Jika tidak ada kegiatan sekolah, ia biasa membantu bibinya memasak di dapur. Sepulang dari sekolah, ia biasa mengantar makanan untuk pamannya di sawah. “Dia sering mengirim bontotan ke sawah untuk saya. Kalau panas atau hujan, biasanya anak itu memakai payung dari pelepah pisang,” kenang Suradji, pamannya Marsinah sambil menerawang. Berbeda dengan teman sebayanya yang lebih suka bermain-main, ia mengisi waktu dengan kegiatan belajar dan membaca. Kalaupun keluar, paling-paling dia hanya pergi untuk menyaksikan siaran berita televisi.
Ketika menjalani masa sekolah menengah atas, Marsinah mulai mandiri dengan mondok di kota Nganjuk. Selama menjadi murid SMA Muhammadiyah, ia dikenal sebagai siswa yang cerdas. Semangat belajarnya tinggi dan ia selalu mengukir prestasi dengan peringkat juara kelas. Jalan hidupnya menjadi lain, ketika ia terpaksa harus menerima kenyataan bahwa ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi. “Dia ingin sekolah di IKIP. Tapi, uang siapa untuk membiayai di perguruan tinggi itu,” ujar kakek Marsinah.
Pergi meninggalkan desa adalah sebuah langkah hidup yang sulit terelakan. Kesempatan kerja di pedesaan semakin sempit. Ujungnya adalah tidak ada pilihan lagi selain pergi ke kota. Maka ia berusaha mengirimkan sejumnlah lamaran ke berbagai perusahaan di Surabaya, Mojokerto, dan gresik. Akhirnya ia diterima di pabrik sepatu BATA di Surabaya tahun 1989. setahun kemudian ia pindah ke pabrik arloji Empat Putra Surya di Rungkut Industri, sebelum akhirnya ia pindah mengikuti perusahaan tersebut yang membuka cabang di Siring, Porong, Sidoarjo. Marsinah adalah generasi pertama dari keluarganya yang menjadi buruh pabrik.
Kegagalan meneruskan ke perguruan tinggi bukannya membuat semangat belajarnya padam. “Mbak Marsinah berkeyakinan bahwa pengetahuan itu mampu mengubah nasib seseorang,” ujar salah seorang temannya. Karena itu, untuk menambah pengetahuan dan keterampilan, Marsinah mengikuti kursus komputer dan bahasa Inggris di Dian Institut, Sidoarjo. Kursus komputer dengan paket Lotus dan Word Processor sempat dirampungkan beberapa waktu sebelum ia meninggal. Semangat belajar yang tinggi juga tampak dari kebiasaannya menghimpun rupa-rupa informasi. Ia suka mendengarkan warta berita, baik lewat radio maupun televisi. Minat bacanya juga tinggi. Saking senangnya membaca, ia terpaksa memakai kacamata. Pada waktu-waktu luang, ia seringkali membuat kliping koran. Malahan untuk kegiatan yang satu ini ia bersedia menyisihkan sebagian penghasilannya untukmembeli koran dan majalah bekas, meskipun sebenarnya penghasilannya pas-pasan untuk menutup biaya hidup.
Ia dikenal sebagai seorang pendiam, lugu, ramah, supel, tingan tangan dan setia kawan. Ia sering dimintai nasihat mengenai berbagai persoalan yang dihadapi kawan-kawannya. Kalau ada kawan yang sakit, ia selalu menyempatkan diri untuk menjenguk. Selain itu ia seringkali membantu kawan-kawannya yang diperlakukan tidak adil oleh atasan. Ia juga dikenal sebagai seorang pemberani.
Paling tidak dua sifat yang terakhir disebut—pemberani dan setia kawan—inilah yang membekalinya menjadi pelopor perjuangan. Pada pertengahan April 1993, para buruh PT. CPS (Catur Putra Surya)—pabrik tempat kerja Marsinah—resah karena ada kabar kenaikan upah menurut Sudar Edaran Gubernur Jawa Timur. Dalam surat itu termuat himbauan pada para pengusaha untuk menaikkan upah buruh sebesar 20% dari upah pokok. Pada minggu-minggu tersebut, Pengurus PUK-SPSI PT. CPS mengadakan pertemuan di setiap bagian untuk membicarakan kenaikan upah sesuai dengan himbauan dalam Surat Edaran Gubernur.
Keresahan tersebut akhirnya berbuah perjuangan. Pada tanggal 3 Mei 1993 seluruh buruh PT. CPS tidak masuk kerja, kecuali staf dan para Kepala Bagian. Sebagian buruh bergerombol dan mengajak teman-teman mereka untuk tidak masuk kerja. Hari itu juga, Marsinah pergi ke kantor Depnaker Surabaya untukmencari data tentang daftar upah pokok minimum regional. Data inilah yang ingin Marsinah perlihatkan kepada pihak pengusaha sebagai penguat tuntutan pekerja yang hendak mogok.
Tanggal 4 Mei 1993 pukul 07.00 para buruh PT. CPS melakukan unjuk rasa dengan mengajukan 12 tuntutan. Seluruh buruh dari ketiga shift serentak masuk pagi dan mereka bersama-sama memaksa untuk diperbolehkan masuk ke dalam pabrik. Satpam yang menjaga pabrik menghalang-halangi para buruh shift II dan shift III. Tidak ketinggalan, para satpam juga mengibas-ibaskan tongkat pemukul serta merobek poster dan spanduk para pengunjuk rasa sambil meneriakan tuduhan PKI kepada para pengunjuk rasa.
Bangkitnya Keberanian
Suasana kota yang penuh dengan persaingan telah membuat setiap orang yang tinggal didalamnya untuk menjadi keras. Apalagi kehidupan buruh-buruh di pabrik yang setiap hari dikejar-kejar target produksi yang telah ditetapkan sepihak oleh pengusaha. Maka menjadi tidak mengherankan bahwa Marsinah, gadis desa yang lugu, lalu tidak canggung berdiri di barisan terdepan pengunjuk rasa. Sebuah keberanian telah menggusur kepasrahan pada nasib!
Semakin merebak jumlah aksi pemogokan di berbagai kota industri menjadi bukti ketidakpuasan. Pabrik, gedung Dewan Perwakilan Rakyat, instansi-instansi pemerintah yang berurusan dengan masalah perburuhan, dan jalanan-jalanan kota menjadi panggung yang mementaskan keresahan kaum buruh yang tak kunjung terhenti. Menurut berita, di Jawa Timur tercatat 155 pemogokan yang semuanya dihadapi tentara.
Aparat dari koramil dan kepolisian sudah berjaga-jaga di perusahaan sebelum aksi berlangsung. “Ya sudah, kalau teman-teman tidak diperbolehkan masuk, keamanan saya serahkan kepada bapak, kami sekarang hendak berunding dengan pengusaha!”, ucapnya pada salah seorang aparat keamanan.
Perundingan berjalan dengan hangat. Dalam perundingan tersebut, sebagaimana dituturkan kawan-kawannya. Marsinah tampak bersemangat menyuarakan tuntutan. Dialah satu-satunya perwakilan dari buruh yang tidak mau mengurangi tuntutan. Khususnya tentang tunjangan tetap yang belum dibayarkan pengusaha dan upah minimum sebesar Rp. 2.250,- per hari sesuai dengan kepmen 50/1992 tentang Upah Minimum Regional. Setelah perundingan yang melelahkan tercapailah kesepakatan bersama.
Berakhirkah pertentangan antara buruh dengan pengusaha? Ternyata tidak! Tanggal 5 Mei 1993, 13 buruh dipanggil kodim Sidoarjo. Pemanggilan itu diterangkan dalam surat dari kelurahan Siring. Tanpa babibu, tentara mendesak agar ke-13 buruh itu menandatangani surat PHK. Para buruh terpaksa menerima PHK karena tekanan fisik dan psikologis yang bertubi-tubi. Dua hari kemudian menyusul 8 buruh di-PHK di tempat yang sama. Sungguh! Hukum menjadi kehilangan gigi ketika senapan tentara ikut bermain.
Marsinah sadar betul bahwa peristiwa yang menimpa kawan-kawannya adalah suatu keniscayaan di negeri milik pengusaha ini. Dari kliping-kliping surat kabar yang diguntingnya, dari keluhan-keluhan kawan-kawannya se pabrik, dari kemarahan-kemarahan yang teriakkan, dan dari apa yang ia lihat dengan mata kepala sendiri, semuanya memberinya pengetahuan tentang ketidakberesan yang melanda segala lapisan dalam masyarakat kita.
Kemarahannya meledak saat mengetahui perlakuan tentara kepada kawan-kawannya. “Saya tidak terima! Saya mau (melapor) ke paklik saya yang jadi jaksa di Surabaya!” teriak Marsinah gusar. Dengan gundah ia raih surat panggilan kodim milik salah seorang kawannya, lantas pergi.
Kemana perginya Marsinah? Tidak ada yang tahu. Yang pasti, Marsinah tidak lagi terlihat di pabrik tempat ia bekerja.
Awal Kebangkitan
Marsinah telah mati. Mayatnya ditemukan di gubuk petani dekat hutan Wilangan, Nganjuk tanggal 9 Mei 1993. Ia yang tidak lagi bernyawa ditemukan tergeletak dalam posisi melintang. Sekujur tubuhnya penuh luka memar bekas pukulan benda keras. Kedua pergelangannya lecet-lecet, mungkin karena diseret dalam keadaan terikat. Tulang panggulnya hancur karena pukulan benda keras berkali-kali. Di sela-sela pahanya ada bercak-bercak darah, diduga karena penganiayaan dengan benda tumpul. Pada bagian yang sama menempel kain putih yang berlumuran darah. Mayatnya ditemukan dalam keadaan lemas, mengenaskan.
Marsinah adalah sosok perjuangan yang telah dihancurkan oleh sebuah ketakutan dan kecurigaan. Tapi kita tidak bisa mengingkari bahwa jiwanya tidak bisa dipenjara. Jiwanya akan membumbung tinggi untuk berubah menjadi lidah-lidah api yang akan menghanguskan segala bentuk ketidakadilan.
Anak-anak desa yang menemukan Marsinah, dan kita, menjadi saksi. Sekarang atau esok, anak-anak itu dan kita akan terus bersaksi dan bercerita tentang ketidakadilan, tentang gugurnya seorang buruh pejuang, tentang buruh perempuan yang tidak ragu untuk kehilangan nyawanya demi keyakinannya tentang kebenaran.

Sumber:  cup-sosialrakyat.blogspot.com

Senin, 14 Mei 2012

10 Tips Berkendara Sepeda Motor ke Luar Kota:


1.      Menyiapkan safety standar kepolisian.
2.      Siapkan air minum dan uang untuk bensin.
3.      Menggunakan jaket dalam perjalanan ke luar kota.
4.     .Menyimpan jas hujan di bagasi motor.
5.      Antisipasi roda sepeda motor bocor (siapkan uang untuk berjaga-jaga).
6.      Jangan lupa pamit dan menghubungi orang yang akan dituju.
7.      Periksa kendaraan sebelum berangkat.
8.      Jangan terburu-buru dalam perjalanan.
9.      Istirahatlah di tengah perjalanan ketika badan dirasa letih.
10.  Waspada di jalan raya. 

Minggu, 06 Mei 2012

Krisis tak membuat Produktivitas Karya Statis

Dear para pembaca, bagaimanakah kabar pembaca hari ini? Krisis ataukah makmur dan sejahtera? Penulis sengaja memilih topik diatas, sebab penulis sekarang dalam kondisi ekonomi yang tidak bagus. Mungkin saja kondisi ini resiko dari dinamika kehidupan mahasiswa. Disebut ekonomi tidak bagus karena uang jajan penulis sekarang berkurang banyak, disebabkan oleh beberapa teman yang belum melunasi hutang kepada saya, banyaknya agenda futsal yang harus penulis hadiri, dsb.

Pembaca sekalian mungkin pernah (atau bahkan sering) mengalami kondisi yang penulis alami sekarang. Mau tidak mau kita seyogyanya dapat menerima dan berpikir positif terhadapa keadaan yang kita alami sekarang.

Positifnya penulis dapat menghemat uang (sebab jika tidak hemat, pasti akan hutang dimana-mana), selektif untuk memilih barang yang akan dibeli, dan lebih mandiri dalam menghadapi urusan-urusan pribadi.

Dalam kondisi krisis ekonomi yang melanda penulis sekarang, penulis berpikir bahwa karya dan kreativitas yang penulis miliki harus tidak boleh statis. Maka dari itu muncul lah tulisan ini sebagai hasil dari buah karya penulis. Meski penulis rasa, tulisan ini tak ubahnya seperti curhat kepada pembaca, namun paling tidak penulis sekarang tidak menganggur dan dapat tetap berkarya. Penulis mengibaratkan lampu jangan sampai padam. Lampu disini mewakili motivasi penulis untuk terus berkarya.

Bagaimana tanggapan pembaca terhadap tulisan pribadi penulis? Semoga tulisan singkat ini dapat menjadi inspirasi bagi pembaca ditengah hiruk-pikuk keadaan hidup yang tidak dapat ditebak. Sekian.

Selasa, 01 Mei 2012

Yang Harus Diperhatikan Saat Mencuci Pakaian

Pakaian adalah benda yang setiap saat menempel dan berfungsi untuk menutupi aurat tubuh kita. Bukan hanya sebagai penutup tubuh, bagi sebagian kalangan, pakaian juga berfungsi untuk mendongkrak penampilan, bahkan bisa menunjukkan ‘kelas’ dan status seseorang. Oleh karena itu, pakaian juga memerlukan perhatian khusus agar tetap terlihat apik dan menarik saat dikenakan. Perawatan yang dimaksud disini termasuk juga proses pencucian pakaian.

Agar pakaian tetap awet, apik, dan senantiasa menarik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan pada saat proses pencucian berlangsung. Selalu menyesuaikan cara pencucian pakaian dengan sifat bahan. Hal ini perlu dilakukan, karena tidak semua jenis pakaian bisa dicuci dengan cara yang sama. Umumnya bahan pakaian dari serat alami tak bisa dicuci secara sembarang. Bahkan, jenis tertentu seperti wol atau sutra hanya bisa dicuci dengan teknik dry clean.

Saat mencuci pakaian, pisahkanlah pakaian dan pakaian yang berwarna sebagai tindakan antisipasi jika ternyata salah satu dari pakaian berwarna milik anda luntur. Hal ini juga berlaku pada saat anda merendam pakaian.

Jika saat makan, baju kesayangan anda terciprat kuah soto berbahan dasar kunyit atau terkena air teh saat minum, segera bersihkan pakaian dari noda tersebut, karena biasanya noda yang masih baru cenderung mudah dibersihkan. Setelah noda hilang dari pakaian, barulah dicuci seperti biasanya.

Sebelum menggunakan bleaching, atau pembersih noda, terlebih dahulu lakukan tes kelunturan dengan membubuhkan cairan bleaching, pada bagian yang tersembunyi. Tunggu beberapa saat. Jika terjadi perubahan warna, jangan gunakan produk tersebut.

Agar baju semakin nyaman digunakan, ada baiknya jika pada saat proses pembilasan pakaian yang terakhir, anda menambahkan pelembut dan pengharum pakaian. Agar warna pakaian tetap cerah dan tak kusam, anda jangan lupa untuk membalik pakaian saat dijemur. (AYA)
Sumber: Koran KOMPAS, edisi 01 Mei 2012

Senin, 30 April 2012

Cerita Inspiratif

Seorang Professor berdiri di depan kelas Filsafat.

Saat kelas dimulai, dia mengambil toples kosong dan mengisi dgn bola2 golf.
Kemudian berkata kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh...... ?
Mereka setuju !!!!

Kemudian dia menuangkan batu koral ke dlm toples, mengguncang dgn ringan.
Batu2 koral mengisi tempat yg kosong di antara bola2 golf.
Kemudian dia bertanya kpd murid2nya, apakah toples sdh penuh ??
Mereka setuju !!!

Selanjutnya dia menabur pasir ke dlm toples ...
Tentu saja pasir menutupi semuanya.
Profesor sekali lagi bertanya apakah toples sdh penuh..??.
Para murid berkata, "Yes"...!!

Kemudian dia menuangkan dua cangkir kopi ke dlm toples, dan secara efektif mengisi ruangan kosong di antara pasir.
Para murid tertawa....

"Sekarang.. saya ingin kalian memahami bahwa toples ini mewakili kehidupanmu. "

"Bola2 golf adalah hal yg penting; Tuhan, keluarga, anak2, kesehatan.
"Jika yg lain hilang dan hanya tinggal mrk, maka hidupmu msh ttp penuh."

"Batu2 koral adalah hal2 lain, spt pekerjaanmu, rumah dan mobil."

"Pasir adalah hal2 yg sepele."
"Jika kalian pertama kali memasukkan pasir ke dlm toples, maka tdk akan tersisa ruangan utk batu2 koral ataupun utk bola2 golf..

Hal yg sama akan terjadi dlm hidupmu."
"Jika kalian menghabiskan energi utk hal2 yg sepele, kalian tdk akan mempunyai ruang utk hal2 yg penting buat kalian."
"Jadi Beri perhatian utk hal2 yg penting utk kebahagiaanmu.
"Bermainlah dgn anak2mu."
"Luangkan waktu utk check-up kesehatan."
"Ajak pasanganmu utk keluar makan malam"
"Berikan perhatian terlebih dahulu kpd bola2 golf.

Hal2 yg benar2 penting. Atur prioritasmu.
Baru yg terakhir, urus pasirnya.

"Salah satu murid mengangkat tangan dan bertanya, "Kopi mewakili apa?
Profesor tersenyum, "Saya senang kamu bertanya."
"Itu utk menunjukkan kpd kalian, sekalipun hidupmu tampak sdh sgt penuh, tetap selalu tersedia tempat utk secangkir kopi bersama sahabat".


Sumber: http://bungacerita.blogspot.com/

Selasa, 24 April 2012

Motivasi Pagi Hari: Mari Membangun Bangsa

Indonesia, negara dengan sumber daya alam yang melimpah dan memiliki sumber daya manusia yang banyak dari segi kuantitatif, saampai saat ini masih digolongkan sebagai negara berkembang. Hal tersebut tidak terlepas dari campur tangan dan cara kerja sumber daya manusianya. Indonesia digolongkan sebagai negara berkembang, karena sampai saat ini dari segi produktivitas kerja masih kalah dibandingkan negara maju, macam Amerika Serikat, China, Inggris, Jepang, dll.

Indonesia dapat menjadi negara maju, asal didukung oleh sumber daya manusia yang produktif dan memiliki niat untuk membangun bangsa. Membangun bangsa sendiri dapat dilakukan oleh semua individu, tergantung dari bidang apa yang ditekuni. Saya sebagai seorang mahasiswa dapat membangun bangsa dengan cara kuliah dengan rajin demi mendapat nilai yang maksimal, agar kelak memiliki pengetahuan yang cukup untuk membangun bangsa. Tetangga saya yang sehari-hari bekerja sebagai petani, dapat membangun bangsa dengan cara bertani dengan baik dan memasarkan hasil pertanian ke badan milik pemerintah. Guru sebagai teladan juga dapat membangun bangsa dengan cara mengajar dengan bijak dan mengajarkan nilai moral kepada peserta didik. Dan masih banyak hal lain yang bisa disebutkan...

Apakah pembaca tertarik untuk membangun bangsa Indonesia? Mulailah dari sekarang dan dari diri anda sendiri. Anda dapat membangun bangsa sesuai dengan bidang yang anda tekuni sekarang. Semoga tulisan ini dapat memberikan suntikan motivasi kepada saya khususnya, dan kepada pembaca pada umumnya. Sekian..  


Senin, 23 April 2012

Jelang UAS, Penulis Kelimpungan Tugas Karya Tulis

Pembaca sekalian, pernahkah pembaca merasakan menjadi mahasiswa? Tugas akhir menumpuk pra ujian akhir semester. Dan itu harus dikerjakan dan dikumpulkan sebelum tenggat waktu yang telah ditentukan dosen. Berbagai cara telah penulis lakukan, seperti bekerja kelompok, bangun tengah malam untuk menyelesaikan tugas akhir, dan tidak menunda dan langsung mengerjakan tugas yang telah diberikan dosen. Herannya, aku kok merasa seakan-akan tugas ini tidak ada akhirnya.

Orang tuaku dan teman-temanku telah memberikan support dan motivasi, tetapi kok seperti belum ada effect nya.

Ulah Mahasiswa tidak Bertanggung Jawab di KM

Dear pembaca sekalian, pada kesempatan kali ini, penulis akan mengungkapkan kejadian yang sangat amat tidak mengenakkan sekali. Cerita diawali ketika saya akan buang air kecil di kamar mandi. Setelah menuju tempat yang dibutuhkan (kamar mandi).. bingo.. "ada pisang" yang mengapung di pispot. Selain itu bau "pesing" juga menambah semarak kejadian yang tidak adil tersebut. Saya katakan tidak adil, sebab hal ini sebenarnya tidak pantas untuk saya alami. Saya pribadi sebenarnya tidak pernah melakukan kegiatan tidak bertanggung jawab tersebut. Setiap habis buang air, saya selalu bertanggung jawab untuk ikut memelihara kenyamanan pengguna kamar mandi dengan cara menyiram bagian-bagian tertentu dengan benar. Huft.. sempat shock juga tadi. Bukannya apa, saya jadi tidak nyaman untuk kembali ke kamar mandi tersebut. Coba kalau pembaca sekalian yang mengalaminya, pasti akan terasa tidak nyaman.

Menanggapi kejadian tidak mengenakkan diatas, saya beropini bahwa setiap mahasiswa seharusnya ikut menjaga kenyamanan kamar mandi, dengan cara memperlakukan kamar mandi dengan tanggung jawab dan ada rasa memiliki. Ini penting, mengingat bukan kali ini saja saya mengalami kejadian tidak mengenakkan diatas. Seringkali saya mendapat perlakuan yang seharusnya tidak saya dapatkan.

Bagaimanakah pendapat pembaca sekalian? Semoga cerita sederhana diatas dapat menggugah hati nurani pembaca yang budiman agar tidak melakukan tindakan serupa, sebab tentu saja akan merugikan orang lain. Sekian...

Mahasiswa menurut Opini Penulis

Kata mahasiswa berasal dari kata maha yang artinya besar, dan siswa yang artinya orang yang menempuh kegiatan studi. Dari sini penulis beropini bahwa mahasiswa berarti orang yang menempuh kegiatan studi yang dapat mengurusi segala aspek kehidupan kampus dengan mandiri dan tanggung jawab.

Mahasiswa yang ada dalam bayangan penulis seharusnya produktif, baik dalam pemikiran maupun tindakan. Artinya tidak boleh ada mahasiswa yang menganggur. Penulis berpendapat, kebiasaan menganggur itulah yang menyebabkan terjadinya perbuatan penyimpangan, seperti seks bebas, mencuri, merusak sarana dan prasarana kampus, dll.

Saya kurang setuju mengenai mahasiswa yang maunya hanya dituntun, ini tidak baik untuk kedepannya. Bagaimana mahasiswa mampu berguna di kehidupan masyarakat, apabila kebiasaan maunya hanya dituntun ini terus dipelihara. Mahasiswa dituntut mampu untuk berbuat banyak demi perubahan di kehidupan masyarakat.

Ada banyak cara bagi mahasiswa untuk belajar meningkatkan produktivitas. Produktivitas itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu produktivitas di bidang akademik maupun produktivitas di bidang non akademik. Penulis sendiri sebagai mahasiswa yang tidak mau menganggur, berusaha melibatkan diri dalam unit kegiatan mahasiswa penulis (UKMP) di UM. Itu hanyalah contoh sederhananya saja. Intinya, bagaimana ketika kita sudah menjadi mahasiswa itu adalah kita tidak menganggur dan bagaimana kita dapat berguna bagi orang lain dengan tidak meninggalkan prestasi di bidang akademik. Sekian..    

Pentingnya menjaga Apa yang Kita Punya

Dear friend, sore hari ini kusempatkan diri menulis kembali di blogku. Pada sore yang berbahagia ini aku akan menulis tentang pentingnya menjaga apa yang kita punya. Well, pada pagi hari tadi, uang sakuku sebesar 60.000 rupiah hilang entah kemana. Mungkin waktu menyimpan uang di saku, aku juga memikirkan hal lain. Nggak enak juga ya. Mungkin pembaca pernah mengalami kehilangan uang. Pusing sekali tadi rasanya. Aku tanya ke orang-orang  disekitarku, “Pak, apakah anda melihat uang 60.000 terjatuh?”. Orang-orang tadi menjawab, “Asli, nggak lihat aku, Dek”. Emh, mungkin sekalipun tahu uangku jatuh, orang tersebut juga ga peduli, mungkin bisa saja mengambilnya. Entahlah hanya Tuhan yang tahu uangku kemana perginya.

Berbicara tentang kehilangan sesuatu, penulis disini menegaskan pentingnya menjaga apa yang kita punya, baik itu barang, kesehatan, maupun jalinan persaudaraan. Jangan sampai hilang, deh!! Sebab penulis meyakini, penyesalan itu datangnya dibelakang, setelah kita menyadari apa yang kita perbuat. Begitu juga tentang kehilangan, pasti menyesalnya di belakang.

Mungkin pembaca yang budiman punya pengalaman tentang kehilangan barang? Bisa tolong di share ke blog saya, thank you..!

Minggu, 22 April 2012

Sikap yang Baik dalam Menghadapi Kehidupan


Kehidupan di dunia ini bagaikan filosofi sebuah roda yang terus berputar. Kadang kita berada diatas kadang juga kita berada dibawah. Kehidupan ini tidak selamanya berpihak pada diri kita, seringkali penulis merasakan bahwa saya harus memahami orang lain jika saya mau dipahami orang lain. Cukup adil sih sebenarnya. Yang jadi pertanyaan sekarang adalah, seberapa siapkah kita untuk mengalah demi orang lain? Padahal belum tentu orang lain mau mengalah demi diri kita sendiri. Inilah permasalahan hidup.

Dalam kehidupan di dunia ini terdapat hukum, man jadda wa jada. Apakah itu? Man jadda wa jada adalah ungkapan yang berasal dari bahasa arab, yang artinya siapa yang menanam, maka dialah yang akan memanen. Inilah hukum kehidupan yang adil menurut penulis. Ada usaha pasti ada hasil. Ada perjuangan pasti ada kemenangan. Inilah yang diajarkan dalam agama Islam.

Akhirnya, penulis berpendapat bahwa kehidupan ini sebaiknya disikapi dengan sikap “nothing to lose”. Kalahpun tak apa, yang penting dalam kehidupan ini adalah proses. Masalah menang dan kalah serahkan semua pada Allah Swt. Biar yang diatas yang menentukan. Penulis juga menambahkan, kita sebaiknya jangan menyerah sebelum berperang. Tak ada salahnya kita mencoba hal yang baru, meski kita akan kikuk pada awalnya. Terima kasih..

(Karangan ini hanya setetes dari luasnya samudera ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, penulis mengajak kepada pembaca yang budiman agar menambahkan apa-apa yang kurang dari karangan saya. Terima kasih.)

Perkembangan Pemikiran di Kampus

 Setiap hari selalu saja kutemui orang-orang sibuk yang berlalu lalang di area kampus. Ya, iyalah.. kampus memang tempat banyak orang melakukan berbagai kegiatan perkuliahan. Pingin sepi?? Ya di kuburan sana.. haha begitulah seloroh salah seorang temanku.

Kampus memang salah satu tempat dimana pemikiran kita banyak mendapat pengaruh dari luar. Pemikiran itu bisa datang dari dosen, teman perkuliahan, maupun pegawai-pegawai yang bekerja di kampus. Penulis pribadi sebagai salah seorang civitas akademis kampus merasakan hal serupa. Sempat terjadi kebingungan, aku sekarang kok telah berevolusi sebegitu cepatnya, sih? Tapi apa mau dikata, perkembangan yang pesat di kampus membuat kita berubah dan kita harus menanggapinya dengan bijak. Anggap saja itu sebagai awal dari masa kedewasaan kita. Apakah memang harus secepat ini?

Penulis merasa perkembangan pemikiran yang sebegitu cepatnya di kampus, hendaknya difilter dengan nilai dan norma yang telah kita dapatkan sebelum melakoni kehidupan di kampus. Hal itu penting, agar kita tidak menjadi orang lain. Kita adalah pemikiran kita. Jika pemikiran pribadi sudah hilang, mau menjadi apakah kita? Sangat disayangkan sekali apabila nantinya kita tidak menjadi apa yang kita cita-citakan.

Bagaimanakah tanggapan para pembaca blog yang budiman? Tolong tinggalkan pesan, kesan dan komentar dibawah karya tulis saya ini.. Terima kasih. 

Minggu, 15 April 2012

Kompak, untuk Meraih Prestasi

Kekompakan dalam bekerja merupakan faktor penting untuk meraih prestasi. Dalam kekompakan terkandung kerjasama dalam bekerja. Kerjasama yang positif tentunya. Kompak itu sendiri menghasilkan suasana yang kondusif dalam bekerja, sehingga pekerjaan dapat dilakukan dengan fokus.

Menurut saya, kompak berarti seiya dalam perbuatan dan sekata dalam berpendapat. Kekompakan ini muncul tidak secara tiba-tiba, tetapi kekompakan muncul akibat pertemuan yang intens serta satu alur dalam dalam pemikiran. Kekompakan juga menunjukkan bagaimana peran orang lain dalam kehidupan kita. Saling membutuhkan dan simbiosis mutualisme lah manfaat dari kekompakan. Dengan adanya rasa kompak berarti kita menyadari bahwa hidup ini tidak sendiri. Terkadang ada juga orang yang masih memiliki pikiran kolot untuk hidup sendiri dan yang penting hidup tidak merugikan orang lain.

Penulis menyadari bahwa prestasi itu datangnya bukan karena diberi, tetapi prestasi datang karena hasil kerja keras dan jerih payah kita untuk mendapatkannya. Dalam proses meraih prestasi tersebut, tentunya kita membutuhkan orang lain sebagai media pengembangan prestasi kita. Nah, disinilah peran penting kekompakan, yaitu agar hubungan baik antar personal tetap terjaga dan saling mendukung satu dengan yang lain, demi kelancaran meraih prestasi. Mari kita jalin kekompakan dengan kesadaran bahwa kita membutuhkan orang lain untul meraih prestasi! Sekian. 

Minggu, 08 April 2012

Optimis, Sikap dalam Beraktivitas untuk Hidup yang Lebih Baik


Dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti melakukan aktivitas. Orang cacat sekalipun, mereka tetap beraktivitas, walaupun kemampuan mereka terbatas dan tidak bisa disamakan dengan kemampuan orang normal.


Penulis sebagai mahasiswa juga (pastinya) memiliki rutinitas dalam beraktivitas. Contoh sederhana berupa masuk kampus tepat waktu, mengerjakan tugas harian, berdiskusi dengan sesama teman, berorganisasi, dan sebagainya. Oleh karena rutinitas tersebut dikerjakan berulang-ulang (setiap hari), Maka penulis merasa semua itu harus dikerjakan secara sabar, optimis, dan istiqomah.


Didalam kamus ilmiah populer Bahasa Indonesia, dijelaskan pengertian optimis, yaitu selalu percaya diri dan berpandangan atau berpengharapan baik (dalam segala hal). Dengan adanya sikap optimis dalam diri kita, diharapkan akan keluar hasil kerja/ aktivitas yang optimal. Pada prinsipnya optimis mencakup percaya diri, jika individu menerapkan sikap optimis dalam kehidupan sehari-hari, maka individu tersebut dapat mengatur dan memfilter pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Ini penting, mengingat tidak semua pengaruh-pengaruh yang datang dari luar baik, malah sebaliknya ada juga yang menyesatkan dan menjerumuskan.


Optimis juga menghindarkan individu dari sikap bimbang dalam menghadapi suatu permasalahan. Intinya dia mantap dalam menghadapi masalah dan telah memperhitungkan segala resiko yang mungkin terjadi. Menyikapi kegagalan yang terjadi, individu yang optimis selalu mengambil hikmah dan memetik pelajaran agar tidak terperosok dua kali dalam lubang yang sama. Mari kita selalu bersikap optimis dalam beraktivitas untuk hidup yang lebih baik! Sekian, terima kasih.  

Sabtu, 07 April 2012

Olahraga Jalan Kaki di Pagi Hari (Bagian I)

Olahraga jalan kaki di pagi hari merupakan olahraga yang paling sederhana. Hanya bermodalkan sandal jepit dan celana panjang (agar tidak kedinginan), dan kaos biasa, kita dapat langsung melakukan olahraga jalan kaki di pagi hari. Sungguh menyenangkan. Olahraga jalan kaki dapat dilakukan secara individu maupun bersama keluarga ataupun teman-teman.
Waktu pagi hari dipilih karena hawa di pagi hari sejuk dan bebas dari asap kendaraan bermotor. Selain itu di pagi hari jalanan masih sepi, sebab belum ada lalu lalang kendaraan yang berangkat maupun pulang bekerja.
Sembari menikmati hawa sejuk di pagi hari, penulis biasanya membawa 1 botol minuman berisikan air mineral (air putih). Hal ini dilakukan agar tidak kesulitan ketika mengalami haus di tengah jalan. Jangan lupa untuk buang air kecil maupun buang air besar sebelum melakukan olahraga jalan kaki di pagi hari. Berdasarkan pengalaman yang pernah penulis alami sendiri, perjalanan olahraga jalan kaki jarak jauh batal hanya karena penulis ‘kebelet’ buang air besar. Sungguh sangat disayangkan. Setelah kejadian tersebut, di dalam hati penulis berjanji untuk selalu buang air sebelum melakukan olahraga jalan kaki di pagi hari. Bersambung...

Mengambil Keputusan dengan Konsep “Jemput Bola”

Jemput bola. Apa yang terpikirkan oleh anda ketika mendengar kata diatas? Yups, menurut opini saya, jemput bola adalah konsep yang banyak orang sukses terapkan untuk mengambil keputusan. Intinya adalah konsep jemput bola berarti berusaha mengambil kesempatan yang ada  dan tidak menggantungkan diri pada orang lain.
Nah, sekarang akan saya paparkan apa saja sih keunggulan pengambilan keputusan dengan konsep jemput bola, berikut penjelasannya:
1.      Kita tidak menggantungkan diri pada orang lain tentang bagaimana kita mengambil keputusan. Memang, saran dari orang lain kita butuhkan, namun sebagai pelaksana keputusan, kita sendirilah yang seharusnya mengeksekusi keputusan tersebut. Orang lain hanya berperan sebagai penasihat maupun pemberi masukan.  
2.      Memiliki daya saing terhadap rekan kerja kita. Maksudnya adalah paling tidak kita bisa mengimbangi produktivitas orang yang bekerja disekitar kita. Menggunkan konsep jemput bola berarti harus siap berkorban untuk melayani dan memutuskan dengan cepat, cermat, dan tepat apa yang akan kita kerjakan. Oleh karena aktivitas melayani itulah kita menggunakan waktu yang ada untuk bekerja. Sehingga kita dapat mengimbangi maupun menyaingi produktivitas rekan kerja kita.
3.      Mengasah pikiran agar terus fokus dan peka terhadap permasalahan yang terjadi disekitar kita. Tak dapat dipungkiri, banyak permasalahan yang menghampiri setiap orang yang produktif bekerja. Ketika kita menggunakan konsep jemput bola, maka kita akan terangsang dan peka terhadap setiap permasalahan yang menghampiri. Hasilnya permasalahan tersebut berhasil kita atasi dengan cepat dan tidak membuang banyak waktu. Orang seperti inilah yang banyak dibutuhkan untuk terjun di masyarakat.
Ada banyak sekali sebenarnya keunggulan pengambilan keputusan dengan konsep jemput bola, namun penulis hanya mampu membagi ini saja yang penulis ketahui. Mungkin di lain waktu penulis dapat memberi tambahan informasi. Sampai bertemu lagi di artikel selanjutnya. Sekian.   

Kegagalan adalah Keberhasilan yang Tertunda

Seberapa seringkah anda mengalami kegagalan? Sementara itu seberapa seringkah anda mengalami keberhasilan? Tentu pertanyaan diatas tidak dapat dijawab, kecuali dengan metode statistika, anda mencatat frekuensi kegagalan dan keberhasilan yang anda alami dalam rentang waktu tertentu.

Kegagalan dan keberhasilan adalah implikasi dari usaha yang anda lakukan. Jika anda tidak ingin merasakan kegagalan, cobalah untuk tidak berusaha sama sekali. Begitu pula sebaliknya.

Seorang filusuf (yang saya lupa namanya) memiliki filosofi kehidupan sebagai berikut, "Kegagalan ada dua macamnya, kegagalan pertama adalah anda berusaha kemudian anda gagal namun anda tidak mau bangkit lagi.
Sedangkan kegagalan yang kedua adalah anda tidak mau berusaha karena takut gagal, sehingga pada akhirnya anda hanya menjadi penonton dan peran anda kurang dihargai oleh orang-orang disekitar anda. Orang yang berhasil adalah orang yang sudah berusaha, tetapi dia gagal, kemudian dia mau bangkit untuk mencapai keberhasilan".

Sehingga pada akhirnya saya hanya dapat menyarankan agar anda jangan pernah memiliki rasa takut akan kegagalan. Hadapi tantangan yang akan anda hadapi, janganlah menghindar. Sebab saya meyakini dengan usaha yang sungguh-sungguh dan berdoa kepada Allah SWT. kita akan dapat merengkuh keberhasilan. Sekian.

Mendengar untuk Memahami Lawan Bicara

Dalam kehidupan sehari-hari, pasti setiap orang melakukan interaksi sosial dengan lawan bicara. Tentu saja menjadi hal yang lumrah ketika dalam proses interaksi tersebut terdapat pengertian yang didapat dengan cara memahami maupun dipahami lawan bicara. Sebagai usaha untuk memahami, kita harus mendengar perkataan lawan bicara kita. Itu bertujuan memudahkan kita menyerap informasi yang keluar dari mulut lawan bicara.

Ada beberapa (mungkin) lawan bicara anda yang memang membutuhkan anda untuk memberikan hiburan. Misalnya dengan cara bercanda maupun bersenda gurau. Pada dasarnya ini positif, tetapi ini harus ditempatkan sesuai waktu dan tempat. Misalnya saja di kantin ketika waktu istirahat. Anda pun seharusnya dapat memberi dia umpan balik (feedback), agar pembicaraan tidak terasa hambar dan biasa saja. 

Sementara jika lawan bicara menceritakan masalahnya, usahakan bicaralah yang penting saja. Beri dia pengertian bahwa hidup ini pasti akan diberi kemudahan oleh Allah SWT. dibalik masalah yang menderanya.
Hibur dia dan beri solusi sesuai yang ada di pemikiran anda. Sekian.

Jumat, 06 April 2012

Waspada Bahaya Plagiat dalam Menulis

Setiap mahasiswa pasti pernah mendapat tugas karya tulis, baik itu berupa makalah, artikel, maupun tugas tertulis. Untuk memenuhi tugas dari dosen, mahasiswa sering menggunakan referensi dari buku maupun internet.
Ketika menulis di tugas tersebut, seringkali mahasiswa tidak mencantumkan sumber ketika mengutip pendapat maupun meng copy-paste tulisan yang didapat dari internet. Itulah yang disebut sebagai karya plagiat. Sebagai dampaknya, banyak mahasiswa yang langsung "disemprot" oleh dosen, ketika dosen membaca/ mengkoreksi tugas mahasiswa.

Nah, kejadian diatas tampaknya sepele, namun jika tidak ada niat dan usaha untuk menghilangkan kebiasaan plagiat, maka kebiasaan plagiat akan menjadi pola pikir yang buruk bagi mahasiswa. Kita sebagai mahasiswa yang bijak, tentunya harus menghargai karya tulis orang lain. Setidaknya jika kita mengutip pendapat maupun tulisan, tolonglah sebutkan sumbernya. Sehingga setiap orang yang mau menulis merasa aman dari gangguan plagiator-plagiator tidak bertanggung jawab. Sedikit dari saya, semoga tulisan ini dapat memotivasi kita untuk terus berkarya dalam bentuk tulisan dan menghindari sifat plagiat dalam menulis. Sekian, terima kasih.